FKB.COM, BANGKA – Pelayanan Rumah Sakit Umum Provinsi Kep. Babel Ir. Soekarno kembali mendapat keluhan dan kritikan dari keluarga pasien yang hendak rawat inap.
Kali ini keluhan datang dari pihak keluarga pasien alm. Riyadhi warga Desa Baturusa Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka.
Pasalnya, menurut Dedi selaku pihak keluarga pasien, dirinya sempat membawa adiknya untuk berobat lantaran merintih kesakitan.
“Adik saya Riyadhi merintih kesakitan datang ke rumah minta perolonngan, Senin (7/5/24) pagi. Dia bilang Bang, tolong ku Bang dada ku sakit tolong Bang pinggang ku juga sakit tolong bawak ku kerumah sakit, aku dak tahan lagi dak kuat lagi Bang,” kata Dedi menirukan ucapan adiknya disaat Riyadhi mendatangi rumahnya, Rabu (9/5/24).
“Hari itu, sekira Jam 07.30 WIB, saya pun membawanya ke Puskesmas Baturusa. Sampai di Puskes, keadaannya sudah keringat dingin bercucuran membasahi bajunya, ” sambung Dedi.
Menurut petugas Puskesmas, lanjut Dedi, adiknya di duga sementara alami gangguan jantung soalnya sudah mengeluarkan keringat dingin.
“Tapi kata petugas, untuk memastikan harus dirujuk ke rumah sakit Air Anyir, soalnya Puskesmas alat nya tidak lengkap,” kata Dedi.
Sekitar Jam 08.00 WIB pagi, lanjut Dedi, dia pun membawa adiknya ke rumah sakit Air anyir dengan menggunakan Ambulance Pukesmas.
Setibanya di rumah sakit Air Anyir sekira pukul 09.00 WIB, pasien Riyadhi langsung masuk ke ruang IGD dan ditangani oleh dokter Perempuan.
“Sewaktu ditanya dokter apa – apa saja keluahanya. Pasian pun menjawab kalau dadanya sakit, pinggang terasa nyeri dan kakinya ngilu, ” cerita Dedi.
Namun seiring berjalannya waktu, yakni sekira pukul 11.00 wib, Dedi yang merupakan abang kandung pasien bertanya krpada dokter terkait hasil pemeriksaan pasien.
“Dijawab Dokter kalau jantung dan paru parunya bagus tidak apa- apa, lalu dokter pun memberikan obat dan resep obat ngilu untuk mengambilnya di apotik. Jadi saudara Riyadhi rawat jalan.aja Pak, kata Dokter kepada saya,” beber Dedi.
Sesuai petunjuk dokter, Dedi pun membawa adiknya pulang untuk selanjutnya berobat jalan. Namun sesampainya di rumah pasien Riyadhi, sekira jam 13.30 wib. Pasian sempat buang air kecil kekamar mandi dengan berjalan menuju kamar mandi. Hingga pada pukul 14.30 wib, pasien kembali kesakitan di dada dan kaki nya tidak bisa bergerak dan rasa nyeri. Pasien pun minta tolong dibawa kembali ke rumah sakit lantaran sudah tidak tahan menahan sakit, pasien pun berharap di rawat di rumah sakit Provinsi di Air Anyir,” kisahnya.
Selanjutnya, kata Dedi, dirinya pun kembali mengantarkan adiknya, kerumah sakit Air Anyir untuk yang kedua kalinya.
“Saat itu, pasien ditangani oleh Pak Dokter Pengganti. Dokternya bilang kage (nanti, red) ku cek lagi, kalau di lihat pemeriksaan jantungnya, normal,” imbuhnya.
Ditambahkan Dedi, jika Dokter penganti juga demikian yang disampaikan, menyebut bahwa pasien tidak tidak ada alasan untuk di rawat inap.
“Maaf Pak, pasien tidak bisa dirawat inap karena tidak ada alasannya Pak? kalau di rawat inap, nanti dikasih resep obat penahan nyeri. Bapak beli di apotik,” kata Dedi menirukan ucapan dokter pengganti yang menangani adiknya.
Dengan terpaksa, akhirnya Dedi selaku keluarga pasian membawa pasian pulang kerumah untuk yang kedua kalinya dengan penuh rasa kecewa. “Kenapa saudara kami tidak dilayani dengan baik,” lirihnya.
Saat tengah malam, Riyadhi kembali merintih akibat sakit yang meyerang tubuhnya. Pihak keluaga pun bingung. Akhirnya jam 01.00 wib (tengah malam) pihak keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit Umum Sungailiat, dan langsung masuk ke ruang IGD.
” Kami disambut perawat sama dokter yang melayani pasien. Dokter bertanya sakit apa Pak. Kami jawab, dadanya sakit dan kaki ngilu, perih dan tidak bisa digerakan lagi. Di situ kami lihat dokter bersama perawat kompak melayani adik kami Riyadhi dengan baik dan hasil cek tensi, jantung dan paru-parunya, kami diberi penjelasan, bahwa adik kami sakitnya, jantung sudah terganggu, paru-parunya sudah rusak, begitu juga tensi darahnya tinggi. Hingga pada pukul 05.10 WIB, adik kami menghembuskan nafas terakhirnya” ungkap Dedi sembari mengusap tetesan air matanya.
Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Umum Provinsi Babel, dr. Astrid Ira Ajeng mengklaim jikan pihak Rumah Sakit yang dipimpinnya itu tak pernah menolak pasien
“Waalaikumsalam. In sha Allah kami ndak pernah menolak pasien.
Andaikata ruangan full, kami akan tangani lebih dulu kedaruratannya di IGD kami sblm kami rujuk ke RS lain, ” ujar dr Astrid saat dikonfirmasi via whatsapp terkait prilaku oknum dokter dan petugas pelayanan RSUP yang menolak pasien rawat inap.
dr. Astrid mengatakan apabila memang ada pasien yang oernah mengalami penolakan, dirinya menyarankan untuk mengajukan pengaduan di counter pengaduan.
“Jika mmg ada yg pernah alami penolakan, silakan ajukan pengaduan di counter pengaduan kami,” pintanya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak terkait lainnya masih dalam upaya konfirmasi terkait SOP pelayanan petugas kesehatan terhadap pasien.
Penulis / editor: Romli