PANGKALPINANG – Dalam upaya memperkuat sinergi pencegahan paham radikalisme dan terorisme di Kepulauan Bangka Belitung, Brigpol Fitri Nila, BA Cegah Satgaswil Kepulauan Bangka Belitung bersama tim melakukan kunjungan silaturahmi dan koordinasi ke Kantor Kementerian Agama Kota Pangkalpinang, Senin (05/05/2025).
Kunjungan tersebut diterima langsung oleh Kasubbag Tata Usaha, Eyde Tusewijaya, S.E., M.M., di ruang kerjanya. Pertemuan ini membahas strategi pencegahan radikalisme yang mulai marak menyebar melalui media sosial dan lingkungan keagamaan.
Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat hubungan koordinatif antara aparat keamanan dengan instansi keagamaan dalam rangka menjaga stabilitas sosial, khususnya di wilayah Kota Pangkalpinang.
Dalam pertemuan tersebut, dibahas beberapa hal terkait sinergi antara Kementerian Agama Kota Pangkalpinang dan Densus 88 dalam mengantisipasi paham radikalisme serta pentingnya penguatan moderasi beragama di lingkungan masyarakat.
Eyde Tusewijaya menyambut baik kunjungan ini dan menyampaikan apresiasinya atas inisiatif dari pihak Densus 88 untuk membangun komunikasi yang terbuka dengan lembaga keagamaan.
“Kami sangat mendukung langkah-langkah pencegahan yang dilakukan Densus 88. Kemenag siap berperan aktif dalam menjaga kerukunan umat beragama dan membina masyarakat agar tetap dalam koridor Islam yang moderat,” ujarnya.
Pihak Densus 88 juga menyampaikan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari upaya membangun kemitraan strategis antara aparat dan tokoh agama dalam mencegah potensi ancaman intoleransi dan kekerasan atas nama agama.
Ditemui di ruang kerjanya setelah kunjungan tersebut selesai, Eyde Tusewijaya menyampaikan untuk mencegah meluasnya paham radikalisme dan terorisme dimulai dari dalam diri kita sendiri. Yakni dengan adanya penguatan peran keluarga dan pendidikan toleransi sejak dini. Ia menambahkan radikalisme hingga saat ini masih menjadi musuh bersama.
“Tindakan terorisme dan intoleransi, jelas bertentangan dengan spirit dan nilai pancasila yang menjunjung tinggi kebhinekaan. Untuk itu perlu upaya pencegahan mulai dari keluarga karena jika telah terdoktrin radikalisme akan susah untuk terlepas,” ungkapnya.
Selain keluarga, ia mengungkapkan penyuluh agama juga memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah paham radikalisme dan terorisme di masyarakat. Terutama dalam menyuarakan anti kekerasan, terpenting juga pendekatan hati dalam setiap kegiatan penanggulangan berbagai bentuk tindak intoleransi di tengah-tengah umat beragama.
“Basis terdepan dalam pencegahan tindak intoleransi dan terorisme adalah penyuluh. Karena penyuluh adalah garda terdepan di masyarakat. Terorisme tidak merujuk pada satu agama tertentu, dan radikalisme bisa muncul di semua agama,” tegasnya.
Ia berharap para penyuluh agama dapat memaksimalkan perannya di lapangan agar mampu memberikan materi penyuluhan yang mencerahkan umat. Penyuluh harus menjadi garda terdepan untuk mendorong pemahaman, pengetahuan dan pengamalan agama yang baik, benar dan utuh terhadap agamanya sehingga tidak mudah terpengaruh gerakan-gerakan radikal dan terorisme.(rel)