Pencegahan Pencemaran Lingkungan oleh Penggunaan Fungisida Sintetis dengan Pemanfaatan Ekstrak Tanaman

oleh

Oleh:
Rhaisyarara Fridahaqi
Mahasiswa Magister Ilmu Pertanian, Universitas Bangka Belitung

Pertanian adalah salah satu sektor utama yang menggerakkan perekonomian Indonesia, tak terkecuali perekonomian Bangka Belitung. Saat ini banyak masyarakat Bangka Belitung yang berprofesi sebagai petani. Dalam praktik budidaya nya, tidak sedikit petani yang menggunakan bahan sintetis baik dalam bentuk pupuk, pestisida, fungisida serta insektisida.

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan penurunan kuantitas dan juga kualitas panen suatu tanaman adalah serangan hama dan penyakit. Namun, apabila tidak dilakukan pencegahan ataupun pengendalian yang tepat dapat menyebabkan kegagalan panen. Penggunaan fungisida yang berlebihan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, bahan sintetis dapat terbawa oleh air hujan dan mengalir ke saluran irigasi atau pengairan dan akan mengalir ke sungai dan laut (Supriadi 2013).

Banyaknya petani yang menggunakan bahan sintetis yang terdapat pada pestisida, fungisida serta insektisida disebabkan karena kebutuhan produksi yang tinggi, ketidakpahaman atau kurangnya pengetahuan terkait penggunaan yang tepat, resistensi hama dan penyakit, tekanan ekonomi, pengaruh pasar dan industri pestisida akan bahan sintetis yang mudah didapatkan.

BACA JUGA :  Terjerat Kasus Mega Korupsi Timah, Kejagung Sita 1 Unit Rumah Mewah Milik Aon

Pencegahan pencemaran lingkungan oleh penggunaan fungisida sintetis telah menjadi fokus utama dalam upaya menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. Penggunaan fungisida kimia sintetis telah memberikan dampak negative terhadap lingkungan, kesehatan manusia, dan keanekaragaman hayati. Sebagai alternatif yang ramah lingkungan, pemanfaatan ekstrak tanaman sebagai fungisida alami merupakan salah satu Solusi yang menjanjikan.

Fungisida alami adalah fungisida yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti ekstrak tanaman yang efektif dalam mengendalikan berbagai macam penyakit serta salah satu upaya pengembangan alternatif ramah lingkungan. Contoh bahan yang dapat digunakan sebagai fungisida alami adalah soda kue yang memiliki kemampuan menciptakan lingkungan basa pada permukaan tanaman, cuka yang mengandung asam asetat yang dapat mengendalikan pertumbuhan jamur pada tanaman, dan minyak kelapa yang dapat mengendalikan pertumbuhan jamur pada tanaman.

BACA JUGA :  Lepas Jamaah Calon Haji di Masjid Agung, PJ Sekda Haris Sampaikan Pesan Bupati Riza Mengajak Gunakan Kesempatan Sebaik-baiknya

Banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk menguji tingkat efektivitas suatu ekstrak tanaman dalam menghambat perkembangan fungi atau cendawan yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Contohnya adalah penggunaan ekstrak etanol biji alpukat yang berpotensi sebagai antifungal karena memiliki senyawa antifungi, seperti fitosterol, triterpenoid, asam lemak, asam absisat, asam furanoik, dimerflavonoid dan proantosianidin. Selain itu, ekstrak daun kirinyuh dan ekstrak daun kupu-kupu juga dapat dimanfaatkan sebagai fungisida alami.

Pembuatan ekstrak tanaman sebagai fungisida alami melibatkan beberapa langkah, dimulai dari pemilihhan tanaman yang memiliki sifat anti jamur hingga proses ekstraksi zat zat aktif dari tanaman tersebut. Pemilihan tanaman dilakukan dengan mengindentifikasi tanaman yang memiliki sifat anti jamur atau senyawa-senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan jamur, seperti bawang putih, bawang merah, jahe, teh hijau, dan serai. Kemudian kumpulkan bagian tanaman yang mengandung senyawa aktif dan hancurkan bahan tanaman tersebut.

BACA JUGA :  Upaya Hadirkan Perguruan Tinggi di Basel, Bupati Riza Apresiasi Unmuh Babel

Selanjutnya proses ekstraksi yang dapat dilakukan dengan bantuan pelarut seperti air, dan etanol. Sebelum dilakukan pada skala besar, sebaiknya diuji terlebih dahulu pada beberapa tanaman untuk memastikan kembali efektivitasnya dalam menghambat pertumbuhan suatu jamur.

Dalam pelaksanaan nya, dibutuhkan keuletan dan ketekunan demi terlaksana nya penggunaan fungisida alami di lapangan, karena beberapa fungisida alami efetif terhadap jenis cendawan tertentu dan tidak mengatasi semua jenis infeksi cendawan. Selain itu ketersediaan bahan baku untuk pembuatan ekstran dan biaya yang dibutuhkan juga akan lebih besar dibandingkan dengan penggunaan fungisida sintetis. Namun, ini adalah solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran lingkungan akibat penggunaan fungisida sintetis yang berlebihan.(**)