Menurutnya, pekerjaan sebagai nelayan miliki risiko yang cukup tinggi, sebab 80 persen nelayan bekerja di laut yang cuacanya tidak bisa diprediksi.
“Bekerja sebagai nelayan itu memiliki risiko yang luar biasa, karena fakor kecelakaan kalau dihitung persen sekitar 80 persen, karena kami berhadapan dengan gelombang, angin kencang dan cuaca di laut yang tidak menentu dan tidak bisa diprediksi,” jelasnya.
Sebelumnya, cerita Suherman, ia dan keluarga pernah memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan terkait BPJS ketenagakerjaan karena itu ia berharap program BPJS dari PT Timah ini berkelanjutan untuk tahun – tahun mendatang.
“Kami pernah memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan, karena itu besar harapan kami PT Timah terus melanjutkan program BPJS ini untuk tahun – tahun berikutnya. Jika masa berlaku kartu ini sudah mau habis bisa dibantu kembali untuk proses perpanjangan sehingga kami bisa melanjutkan kembali BPJS ini,” katanya.
Menurut Suherman, bantuan dari PT Timah bukan hanya program BPJS Ketenagakerjaan saja, tapi tahun – tahun sebelumnya ia pernah mendapatkan bantuan berupa pukat dan perlengkapan melaut.
“Sebelumnya kami pernah diberikan bantuan berupa pukat, pokoknya banyaklah. Jadi kami sangat – sangat berteri makasih kepada PT Timah yang memperhatikan kami nelayan dan terimakasih juga atas bantuan BPJS ini. Karena ini sangat – sangat membantu kami,” ujarnya.
Anggota holding Industri pertambangan MIND ID ini telah menjalankan program fasilitasi BPJS Ketenagakerjaan bagi nelayan dan kelompak rentan sejak tahun 2022 silam. Tercatat sejak 2022-2023 sebanyak 959 nelayan dan kelompok rentan yang telah terdaftar memiliki jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan yang difasilitasi PT Timah.
PT Timah terus berkomitmen untuk mendukung perekonomian masyarakat pesisir termasuk nelayan. Sejumlah program dihadirkan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan seperti bantuan alat tangkap, bantuan BPJS Ketenagakerjaan, pemberdayaan kelompok nelayan untuk melakukan budidaya perikanan. (*)”