Bersama AIMI Babel, PT Timah Gelar Pembelajaran Gizi Untuk Warga Cupat untuk Cegah Stunting 

by -

BANGKA BARAT — Selaras dengan program Pemerintah untuk menangani dan menurunkan prevelensi stunting. PT Timah ikut berperan aktif melaksanakan edukasi tentang pencegahan dan penanganan stunting di wilayah operasional perusahaan.

Berkolaborasi dengan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia Bangka Belitung (AIMI Babel) menggelar ‘Pembelajaran Gizi’ di Ruang Pertemuan Desa Cupat, Kecamatan Parit Tiga, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Senin (02/12/2024).

Melalui kegiatan ini, PT Timah bersama AIMI Babel mengedukasi masyarakat tentang pencegahan stunting dengan meningkatkan kemampuan para Ibu dalam menyiapkan makanan sehat, guna memenuhi standart gizi seimbang dengan bahan lokal yang ada.

“Terima kasih kepada PT Timah yang telah memberikan kesempatan kepada warga kami, dalam menanggulangi permasalahan stunting yang ada di Desa Kami. Mudah-mudahan kegiatan seperti ini dapat terus terlaksana,” kata Kepala Desa Cupat Gegha Khris Kharishma.

Menurutnya, kegiatan yang dilaksanakan PT Timah bersama AIMI Babel ini akan digelar selama tiga hari untuk mengedukasi ibu-ibu dalam memberikan makanan yang bergizi kepada anak-anaknya.

“Semoga kegiatan ini dapat berdampak untuk masyarakat kami, terutama untuk anak-anak kami dapat mengalami perubahan, baik berat badan dan motorik anak-anak kami,” ujar Ghega.”

Menurutnya, kegiatan seperti ini baru pertama kali dilaksanakan di Desa mereka. Namun, Desa ini juga memiliki program atau kegiatan untuk memberikan edukasi terkait Stunting, dimana dalam kegiatannya melibatkan anak-anak PAUD.

“Anak-anak kami ajak belajar dan bermain di perpustakaan kita selama dua kali dalam seminggu, dimana dalam setiap kegiatan tersbut kami juga memberikan makanan tambahan seperti bubur kacang hijau, kue dan juga buah-buahan. Bisa dikatakan programnya hampir sama, namun sasarannya saja yang berbeda,” ucapnya.

Lebih lanjut, berdasarkan data yang dimiliki Pemerintah Desa Cupat ada 18 anak yang mengalami stunting. Jumlah ini menurun dari sebelumnya ada 28 anak.

“Untuk menuju Nol stunting mungkin agak berat, karena permasalahan dinmasyarakat itu lumayan kompleks, tapi kami berharap penurunan angka setiap tahunnya. Image stunting di masyarakat itu kurang bagus karena ketika anak-anak mereka dikategorikan stunting, mereka sudah kecewa, karena sigma stunting tersebut menurut mereka suatu hal yang negatif,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *