Namun seiring berjalannya waktu, yakni sekira pukul 11.00 WIB, Dedi yang merupakan abang kandung pasien bertanya kepada dokter terkait hasil pemeriksaan pasien.
“Dijawab Dokter kalau jantung dan paru parunya bagus tidak apa- apa, lalu dokter pun memberikan obat dan resep obat ngilu untuk mengambilnya di apotik. Jadi saudara Riyadhi rawat jalan aja Pak, kata dokter kepada saya,” beber Dedi.
Sesuai petunjuk dokter, Dedi pun membawa adiknya pulang untuk selanjutnya berobat jalan. Namun sesampainya di rumah pasien Riyadhi, sekira jam 13.30 WIB. Pasian sempat buang air kecil ke kamar mandi dengan berjalan menuju kamar mandi.
Hingga pada pukul 14.30 WIB, pasien kembali kesakitan di dada dan kaki nya tidak bisa bergerak dan rasa nyeri. Pasien pun minta tolong dibawa kembali ke rumah sakit lantaran sudah tidak tahan menahan sakit, pasien pun berharap di rawat di rumah sakit Provinsi di Air Anyir,” kisahnya.
Selanjutnya, kata Dedi, dirinya pun kembali mengantarkan adiknya, ke rumah sakit Air Anyir untuk yang kedua kalinya.
“Saat itu, pasien ditangani oleh Pak Dokter Pengganti. Dokternya bilang kagek (nanti, red) ku cek lagi, kalau dilihat pemeriksaan jantungnya, normal,” imbuhnya.
Selanjutnya, ditambahkan Dedi, dokter penganti juga menyampaikan bahwa pasien tidak tidak ada alasan untuk di rawat inap.
“Maaf Pak, pasien tidak bisa dirawat inap karena tidak ada alasannya pak kalau di rawat inap, nanti dikasih resep obat penahan nyeri. Bapak beli di apotik,” kata Dedi menirukan ucapan dokter pengganti yang menangani adiknya.
Dengan terpaksa, akhirnya Dedi selaku keluarga pasian membawa pasian pulang ke rumah untuk yang kedua kalinya dengan penuh rasa kecewa. “Kenapa saudara kami tidak dilayani dengan baik,” lirihnya.
Saat tengah malam, Riyadhi kembali merintih akibat sakit yang meyerang tubuhnya. Pihak keluaga pun bingung. Akhirnya pukul 01.00 WIB, pihak keluarga memutuskan membawa pasien ke Rumah Sakit Umum Sungailiat, dan langsung masuk ke ruang IGD.
“Kami disambut perawat sama dokter yang melayani pasien. Dokter bertanya sakit apa Pak. Kami jawab, dadanya sakit dan kaki ngilu, perih dan tidak bisa digerakan lagi. Disitu kami lihat dokter bersama perawat kompak melayani adik kami Riyadhi dengan baik dan hasil cek tensi, jantung dan paru-parunya,” ungkapnya.
“Kami diberi penjelasan, bahwa adik kami sakitnya, jantung sudah terganggu, paru-parunya sudah rusak, begitu juga tensi darahnya tinggi. Hingga pada pukul 05.10 WIB, adik kami menghembuskan nafas terakhirnya” ungkap Dedi sembari mengusap tetesan air matanya.
Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Umum Provinsi Babel, dr. Astrid Ira Ajeng mengklaim jikan pihak Rumah Sakit yang dipimpinnya itu tak pernah menolak pasien
“Waalaikumsalam. In sha Allah kami ndak pernah menolak pasien.
Andaikata ruangan full, kami akan tangani lebih dulu kedaruratannya di IGD kami sblm kami rujuk ke RS lain, ” ujar dr Astrid saat dikonfirmasi via whatsapp terkait prilaku oknum dokter dan petugas pelayanan RSUP yang menolak pasien rawat inap.
dr. Astrid mengatakan apabila memang ada pasien yang oernah mengalami penolakan, dirinya menyarankan untuk mengajukan pengaduan di counter pengaduan.
“Jika memang ada yg pernah alami penolakan, silakan ajukan pengaduan di counter pengaduan kami,” pintanya. (red)