2. Pemilihan Mahasiswa;
Pilih mahasiswa yang sesuai dengan kebutuhan desa, misalnya mahasiswa ekonomi, pertanian, pariwisata, atau teknologi informasi. Pertimbangkan kombinasi lintas jurusan agar program lebih komprehensif.
3. Pelatihan Mahasiswa;
Berikan pelatihan kepada mahasiswa tentang pendekatan pembangunan desa, kewirausahaan, pemasaran, dan teknologi. Pastikan mahasiswa memahami budaya lokal agar interaksi dengan masyarakat lebih efektif.
4. Implementasi Program;
Pendampingan Usaha Lokal: Mahasiswa membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas produk unggulan desa, seperti pengolahan hasil panen atau inovasi produk kerajinan.
Pelatihan Digitalisasi: Edukasi masyarakat tentang pemasaran digital, e-commerce, dan penggunaan media sosial untuk memperluas pasar.
Peningkatan Infrastruktur Ekonomi: Bantu desa dalam menyusun rencana pembangunan ekonomi jangka panjang, seperti menciptakan koperasi atau kelompok usaha bersama.
5. Edukasi dan Keberlanjutan;
Pendidikan Masyarakat: Berikan pelatihan langsung kepada masyarakat, seperti cara meningkatkan efisiensi produksi atau diversifikasi produk.
Penguatan Kelembagaan Desa: Perkuat peran BUMDes atau lembaga lokal lainnya agar program tetap berjalan setelah mahasiswa selesai bertugas.
6. Monitoring dan Evaluasi;
Lakukan evaluasi secara berkala terhadap keberhasilan program. Dokumentasikan proses dan hasilnya sebagai laporan untuk digunakan pada program serupa di masa depan.
“Dengan kolaborasi yang solid antara pemerintah desa, perguruan tinggi, dan masyarakat, program ini dapat menciptakan dampak yang signifikan dan berkelanjutan,” imbuh Erzaldi.(rel)