BANGKA BARAT – Kendati ada beberapa media online yang menarasikan dampak positif bagi sektor perekonomian masyarakat setempat dari aktivitas penambangan timah ilegal Perairan Tembelok -Keranggan Mentok. Namun sejatinya hasil tambang timah ilegal di situ justru hanya dinikmati oleh sekelompok orang yang terdiri dari Bos timah, cukong dan kaki tangannya (panitia), serta para oknum tertentu yang membawa nama LSM, Ormas, media dan institusi penegakan hukum, sementara para penambang justru merasakan kondisinya tak ubahnya seperti kerja paksa Romusa di zaman Jepang.
Hal ini diketahui dari informasi yang beredar menyebut bahwa beberapa penambang di Perairan Tembelok dan Keranggan Mentok lebih memilih hengkang daripada menjadi pekerja yang dinilainya seperti kerja pada saat Jepang menjajah Indonesia.
“Dak tahan bang, lebih baik keluar daripada seperti kerja Romusa. Coba bayangkan! Hasil timah dihargai hanya 60-70 ribu rupiah perkilo. Selain itu, juga banyak dipotong buat koordinasi,” ungkap salah satu penambang ilegal Tembelok-Keranggan Mentok, Senin (14/10/24).
“Seperti kemarin, timahnya sudah dapat sedikit cuman belasan kilo, bersih agik kisaran 8 sampai 9 kg. Lum lagi pas ngetes kaleng (kaleng susu yang dipakai buat acuan ukuran SN), bukan di timbang dulu baru di cek kaleng, tapi cek kaleng dulu baru ditimbang. Nah sisa yang di cek di kaleng itu justru tidak masuk karung yang punya ponton, malah diambik panitia. Misal kadar kaleng 1,2 (kg), itu langsung diambil panitia, sisa di cek di mangkok baru diisikan ke karung yg punya timah/ponton. Bayangkan kalau 300 ponton semuanya dibuat seperti itu, maka jatah panitia untuk pengecekan saja sudah ratusan kilogram yang didapat perharinya. Itu belum harganya digencet kayak jaman pekerja romusa,” sesalnya.
Dia pun sepakat jika aktivitas tambang ilegal di perairan Tembelok-Keranggan Mentok yang paling diuntungkan adalah para Bos timah/kolektor di situ yang sewenang-wenang menentukan harga jauh di bawah harga pasaran.
“Betul kalau yang sangat diuntungkan itu para Bos atau kolektor timah di situ. Mereka yang menentukan harga jauh di bawah harga pasaran dengan dalih buat koordinasi. Padahal hasil timah yang kita dapat itu sudah banyak potongan yang kata panitia untuk koordinasi ini-itu” katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh salah satu LSM setempat, bahwa uang hasil tambang timah ilegal di Tembelok-Keranggan jauh mengalir hingga ke Kota Pangkalpinang.
“Penambangan timah ilegal di Tembelok -Keranggan Mentok ini banyak pihak yang terlibat, koordinasinya secara terorganisir, yang paling diuntungkan penampung timah ilegal yakni bos bos timah yang mendanai yang membeli timah di situ dan para oknum tertentu yang membawa nama LSM, Ormas, media dan APH, bahkan aliran uang timah Tembelok-Keranggan Mentok ini jauh mengalir sampai ke Kota Pangkalpinang,” ungkapnya seraya namanya tak ingin dipublikasikan.