Menyambut Pulang Kampung Pak Ridwan Djamaluddin dengan Tiga OJO.

oleh
Pj. Gubernur Babel, Ridwan Djamaluddin saat disambut oleh ketua DPRD Babel, Herman Suhadi dan Sekda Babel, Naziarto, Jum'at (13/5/22).

Oleh : Marwan Al-Ja’fari

Pembelajar di Saung Budaya Bukit Betung

Ojo Gumunan, Ojo Kagetan, dan Ojo Dumeh. Itulah tigo ojo (tiga jangan) yang menjadi pesan tetua-tetua masyarakat Jawa kepada generasi penerus mereka. Entah kapan pesan itu mulai berlaku, yang pasti hari ini ketiganya masih sering disebut dan dipesankan di tengah-tengah masyarakat Jawa.

Tigo Ojo itu dianggap masih dan tetap akan relevan bagi masyarakat Jawa zaman now dan zaman kapanpun dalam menghadapi dan menyikapi perubahan yang berlangsung.

Ojo gumunan bermakna jangan kagum (berlebihan), ojo kagetan berarti jangan sering kaget dan menampakkan kekagetan, dan ojo dumeh berarti jangan mentang-mentang.

Tiga ojo ini tiba-tiba melintas dalam pikiran saya ketika melihat bagaimana respon masyarakat sehubungan dengan dilantiknya Pejabat Gubernur (PjGub) untuk satu tahun ke depan.

Masyarakat terlihat sangat antusias menyambut kehadiran PjGub yang bernama bagus: Ridwan Djamaluddin. Ridwan nama malaikat penjaga surga. Bermakna keridoan. Djamaluddin bermakna agama yang indah. Dengan demikian Ridwan Djamaluddin berarti Keridoan atas Agama yg Indah.

Mungkin pengaruh nama itu turut mempengaruhi pesona Sang PjGub, hingga masyarakat Bangka terpikat, mungkin juga tidak. Tapi sebagaimana diyakini oleh kebanyakan orang Melayu, nama itu adalah do’a. Bisa jadi ketiga aspek yg memang memesona dalam nama PjGub itu sudah terhayati dalam pribadinya, hingga jadilah ia sebagai sosok yg rido, suka keindahan, dan agamis.

BACA JUGA :  Pasca Liburan Idul Fitri 1445 H, Pemkot Pangkalpinang Gelar Halal Bihalal

Bagi saya pribadi, nama PjGub itu adalah nama yg feminin, menyiratkan kelembutan, menonjolkan kasih, kedamaian, dsb, yang dalam perspektif filsafat China dianggap sebagai penampakan dominasi Yin, ketimbang Yang.

Kontras dengan nama sosok yang pernah jadi pimpinannya, Luhut Binsar Panjaitan. Luhut bermakna seluruh, semua, berkumpul. (Makanya pas kalau ia sering dimandatkan untuk segala urusan). Binsar artinya terbit (matahari). Cukup terasa kiranya dominasi Yang pada nama itu.

Dominasi Yin dari nama Ridwan Djamaluddin itu terasa juga ketika saya mendengar sambutan PjGub tadi malam (Rabu/18 Mei 2022) di acara pengantar tugas beliau. Acara yang mirip dengan acara pisah sambut pekan lalu.

Sambutan PjGub TIDAK menunjukkan bahwa beliau seorang yang ambisius. Bahkan berjanjipun ia tampak enggan. Yang dikehendakinya adalah bekerja sebaik mungkin, melaksanakan program-program Pemprov KBB yang telah disusun.

Hal menarik dari apa yang dikerjakan PjGub setelah dilantik adalah penghargaannya atas jasa- jasa para pahlawan KBB. Yaitu dengan menyempatkan diri ke Taman Makam Pahlawan Pawitralaya. Berziarah ke makam almarhum Hudarni Rani dan almarhum Eko Maulana Ali. (Semoga Allah merahmati mereka)

Ziarah ini mungkin terlihat sepele. Tapi ketika seorang PjGub melakukannya di awal masa tugasnya, pesan penting telah diisyaratkannya. Bahwa jangankan hanya jabatan, nyawapun pasti akan ada akhirnya. Bukan suatu yang kekal. Bahwa apa yang kita kerjakan di muka bumi ini pertanggungjawabannya tidak sekadar di sini, tapi juga di akhirat kelak.

BACA JUGA :  Terungkap!! HD Oknum Pimpinan Media Online Diduga Sebagai Penampung Hasil Tambang Timah Ilegal di Kolong Buntu Nangnung Sungailiat

Dari kecenderungan PjGub yang peka pada hal-hal tersebut, menjadi mudah dimengerti jika beliau akan sangat perhatian kepada program kerja yang terkait dengan kesejahteraan rakyat (kesra).

Menurut PjGub, sekalipun APBD provinsi kita ini kecil, kasus ‘stunting’ di masyarakat jangan sampai meningkat. Pelayanan kepada masyarakat tidak boleh menurun. Penyakit Mulut Kuku Sapi yang saat ini sedang melanda peternak harus segera dituntaskan.

Dan mengenai carut marut masalah pertambangan, PjGub telah bertemu dengan seluruh bupati dan wali kota untuk bersama-sama membenahi wilayah kerjanya masing-masing, mengurangi kerusakan kawasan hutan, serta mengembalikan kondisi bentang alam yang sudah rusak karena tambang.

Sebuah pertemuan akan digelar pula oleh PjGub dengan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, wanita, agar PjGub dapat mendengar langsung persoalan-persolan lain, sekaligus juga masukan-masukannya.

Saya yakin hal ini tentu akan menggembirakan pihak-pihak tersebut, namun kiranya pihak masyarakat tidak perlu berlebihan dalam berharap, apalagi menuntut PjGub.

Satu hal yang penting diingat adalah bahwa PjGub ini tidak sama sekali dilepaskan jabatannya oleh Pemerintah Pusat sebagai Dirjen Minerba di Kementerian ESDM. Jadi Pak Ridwan ini jabatannya rangkap. Tentu saja gaweannyapun berlipat.

Mengharap terlalu banyak dan menaruh beban berlebihan kepada Pak Ridwan, justru berpotensi membuat diri sendiri kecewa di kemudian hari, saat harapan-harapan itu tak terpenuhi.

BACA JUGA :  Tinjau Kondisi Muara Jelitik, PJ Gubernur Safrizal Perintahkan Pemkab Bangka segera Lakukan Pengerukan

Saya pribadi, alih-alih berharap dan menaruh beban, kepada Pak Ridwan justru mengajukan _challenge_ atau tantangan. Tidak teramat serius, tapi sebagaimana permainan anak-anak muda sekarang, _challenge_ ni hanya buat senang-senangan saja. Yaitu: _Pacak dak_ Pak Ridwan menggelar acara semacam Jakarta Melayu Festival, di provinsi kita ini? Katakanlah namanya misalnya Stania Melayu Festival, atau apalah.

Jika _pacak_ , mungkin itu akan menjadi _legacy_ berharga dari Pak Ridwan, terutama bila kegiatan tersebut menjadi agenda tahunan Pemprov KBB ke depan, yang tentu didukung dan dinanti-nanti warga KBB.

Jika pun tidak, tak jadi masalah. Namanya juga tantangan yang iseng dan tak berhadiah.

Tak perlu ada kecewa di sini, karena rasa itu memang tak perlu ada jika kita memahami bahwa urusan pengelolaan negara, bukanlah urusan menyenangkan orang seorang. Tapi kerja yang harus senantiasa dikawal akal sehat, untuk kemaslahatan orang banyak.

Maka kembali kepada Tigo Ojo dari khazanah Jawa tadi, ada baiknya kita masyarakat (Melayu) Bangka rileks saja dalam menyikapi kehadiran Pj Gubernur. Menyikapi dengan biasa, tak berlebih-lebihan. Tak perlu meniup-niupkan euforia menyala-nyala.

Tetaplah ojo gumunan, ojo kagetan, ojo dumeh, eling lan waspada !!!

Kalau dalam bahasa kitanya mungkin: _jangan cigak nue igak, jangan macem orang dak suah nempo, biaso-biaso bae, banyek-banyek ngucap…..

Selamat bekerja Pak Ridwan!