Setelah Dua Tahun Dibangun, Begini Rupa Mega Proyek Triliunan Kawasan Industri Sadai dan Sekitarnya

oleh
Kondisi gerbang Kawasan Industri Sadai dan Sekitarnya (KISS), dulunya dihiasi dengan baleho foto presiden Jokowi, saat ini baleho2 tersebut sudah tak terpasang, Rabu (13/4/22).

FORUMKeadilanbabel.com, SADAI — Setelah dua tahun pelaksanaan pekerjaan yakni dari tahun 2020 hingga 2022 kondisi Mega Proyek Pembangunan Kawasan Industri Sadai dan Sekitarnya (KISS) yang diklaim akan menelan dana hingga 100 (seratus) triliun kian memprihatinkan.

Pasalnya, dalam pantauan sejumlah media, Rabu (13/4/22) di lapangan. Progres pembangunan KISS ini tidak terlihat adanya kemajuan yang signifikan. Justru sebaliknya, kondisinya kian memprihatinkan. Dimana jalan yang dulunya rata namun saat ini kondisinya justru dipenuhi tumpukan tanah galian di kanan kiri dan genangan ari. Demikian halnya dengan pembangunan gedungnya. Tak tampak satu pun gedung yang berdiri megah di tengah kawasan melainkan hanya sebuah gudang yang diisi dengan sejumlah material. Sementara terlihat sekelompok kecil pekerja yang sedang istirahat, tidak sedang melakukan kegiatan di sekitaran tumpukan material besi besi cor. Kesan yang menandakan jika Mega Proyek Pembangunan KISS saat ini mangkrak alias gagal total.

“Proyek Kawasan Industri Sadai dan Sekitarnya (KISS) gagal total,” ungkap salah satu warga setempat.

Kondisi ruas jalan saat memasuki Kawasan Industri Sadai, Rabu (13/4/22).

Terkait dengan kondisi Mega Proyek Pembangunan KISS ini, media ini mencoba meminta penjelasan Sekda Bangka Selatan, Edy Supriyadi, namun Edy dalam pesan WAnya mengatakan dirinya belum bisa berkomentar, perlu waktu untuk cek dan ricek.
“Siap berkaitan dengan KISS Sadai ini perlu waktu untuk cek n ricek, belum bisa komentar, mohon maaf,” ujarnya, Sabtu (16/4/22).

BACA JUGA :  Dalami Kasus Mafia Tanah, Kejati Babel Bidik Dinas Kehutanan
Tumpukan tanah galaian di sepanjang jalan dalam kawasan industri Sadai, Rabu (13/4/22).

Terpisah, Bupati Bangka Selatan, Riza Hardavid saat dimintai tanggapannya terkait mangkraknya Proyek Pembangunan KISS yang menelan dana Trilyunan rupiah itu, hingga berita ini diturunkan, Riza belum bersedia memberikan tanggapannya.

Sementara Prof. Saparudin saat dikonfirmasi soal kondisis KISS tersebut mengaku tak mengetahui soal perkembangannya.

“Waalkmslm, kalo BUMD di KISS ada satu pabrik pengolahan limbah B3, kalo yang lain kami tidak mengetahui sejauh mana perkembangannya,” ujarnya via WA, Minggu (17/4/22).

Saat disinggung soal lawatannya ke negeri China. Udin sapaan professor Saparudin tak menampik jika dirinya memang pernah berkunjung ke sana dalam rangka mencari investor, namun karena kondisi Pandemi Covid-19, sehingga investasi belum terealisasi.

“Karena 2 tahun pandemi covid ini, shg investasi belum terealisasi. Diharapkan ke depan setelah pandemi berakhir diharapkan dimulai kembali pembicaraan dg pihak investor,” katanya.

Diketahui sebelumnya, Mega Proyek Pembangunan KISS ini diklaim oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan merupakan inovasi Pengembangan Kawasan Industri Sadai.

“Banyak orang yang bertanya-tanya dan meragukan, proyek de­ngan nilai triliunan, dana APBD sangat kecil, ini tidak mungkin. Memang ba­nyak teman-teman se-Babel yang bertanya bahwa ba­nyak biaya yang dikeluarkan pemerintah, padahal saya sudah memikirkan jauh dan bahwa saya se­betulnya tidak mengeluarkan biaya. Saya hanya membuat untuk infrastruktur awal, mi­salkan jalan nasional kita buka dulu kemudian selanjutnya pemerintah pusat, Ini inovasi yang harus kita buat. Dan Alhamdulillah bahwa perjuangan kita untuk menjadikan Bangka Selatan khususnya Kawasan Industri Sadai dan Sekitarnya masuk Proyek Strategis Nasional. Kita membangun Bangka Belitung dari Bangka Selatan,” ungkap  Justiar Noer, Selasa (14/1/20) yang saat itu masih menjadi Bupati Bangka Selatan ketika me­ngisahkan perjuangan panjang dirinya untuk mewujudkan inovasi pengembangan kawasan Industri Sadai seperti dikutip Bangka Pos beberapa waktu lalu.

BACA JUGA :  Pemkot Pangkalpinang Terima Penghargaan Terbaik 1 Paritrana Award Tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Menurut Justiar Nur, Badan Perencanaan Pemba­ngunan Nasional (Bappenas) RI memasukkan Kawasan Industri (KI) Sadai di Kabupaten Bangka Selatan dalam proyek strategis nasional (PSN) 2020. Bahkan, KI Sadai, satu-satunya usulan dari Provinsi Ke­pulauan Bangka Belitung yang diterima tanpa catatan dari 10 program yang diusulkan karena semua dokumen pendukung sudah memenuhi.

Rancangan pengembang­an Kawasan Industri Sadai dan Sekitarnya (KISS) telah mendapat persetujuan peme­rintah pusat. Dari 19 proyek kawasan industri prioritas di luar pulau Jawa yang akan dibangun dan dikembangkan selama kurun waktu 2020 – 2024 mendatang, termasuk Kawasan Industri Sadai/KISS di Sadai, Bangka Selatan, Bangka Belitung. KI Sadai masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020-2024 sekaligus menjadi prioritas Proyek Strategis Nasional. Bahkan Bupati Bangka Selatan, Justiar Noer menargetkan “Groundbreaking” di awal tahun 2020.

BACA JUGA :  Tanpa Kompromi, Kejati Sikat Sang Mafia Tanah Frangky

Menurut Justiar sektor industri mampu mendongkrak perekonomian Bangka Selatan kedepannya. Karena kata Justiar, jika berharap dari APBD maka sulit tercapai. Oleh sebab itu perlu inovasi pembangunan berbasis kawasan, salah satunya kawasan industri.

“Kalau pembangunan lewat APBD kita hanya Rp 0,8 triliun per tahun, kalau 2025 kita bisa masuk 100 triliun itu berapa kali masa bupati atau berapa tahun masa bupati kita yang setiap tahun hanya 0,8 triliun. Jadi bagaimana kita mempercepat pembangunan agar masyarakat dapat menikmati, jangan berpikir terlalu pendek kita perlu berpikir jauh kedepan dan tentunya perlu proses. Kita perlu inovasi untuk perkembangan ekonomi jangka panjang,” ung­kap Justiar Noer.

Nilai Investasi di Kawasan Industri Sadai dan sekitarnya (KI Sadai) Kabupaten Bangka Selatan (Basel) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diproyeksikan pada tahun 2025 mencapai Rp 100 Triliun.

“Berdasarkan kalkulasi sampai tahun 2025 nilai investasi KISS (Kawasan Industri Sadai dan Sekitarnya) sekitar Rp 100T, itu sampai tahun 2025. Kalau sampai tahun 2045 tinggal nikmati hasilnya saja kita,” kata Justiar Noer kala itu. (Red dan berbagai sumber).