Perjuangan Belajar Siswa di Masa Pandemi

oleh
Oleh: Muhammad Arifin Saddoen, M. Pd. Kepala Sekolah Rumah Hello Arisya (Anak Riang Indonesia) Pangkalpinang

 

Kurang lebih 1 tahunan kita “hidup bersama” Covid-19, terhitung sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menentapkan virus Corona atau Covid-19 ini sebagai pandemi pada tanggal 11 Maret 2020. Kehidupan dan gaya hidup kita yang telah banyak berubah setelah pandemi ini merebak di negeri tercinta Indonesia. Semua sektor maupun bidang telah menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi ini, terlebih dunia pendidikan.

Peserta didik dari PAUD/TK, Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT) menerima dampaknya. Adaptasi terhadap kondisi ini harus “memaksa” mereka untuk lebih kerja keras dan cerdas dalam menuntut ilmu dan belajar. Gimana tidak, biasanya belajar tatap muka, bertemu langsung dengan guru di kelas dan sekolah, mau tidak mau harus belajar secara online, belajar virtual di depan laptop ataupun gadget.

Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam proses kemerdekaan negeri ini. Dengan pendidikanlah memunculkan golongan cendekiawan yang menjadi garda terdepan untuk menggerakkan masa dalam melawan penjajahan. Dengan pendidikan juga, generasi Indonesia menjadi pemimpin yang dapat mengelola negara ini agar lebih mandiri dan kuat dari hantaman pihak-pihak yang tidak menginginkan kita maju. Jadi, sejak zaman duhulu kala, pendidikan ialah sarana perjuangan, dan untuk mendapatkannya membutuhkan perjuangan. Terlebih di era pandemi Covid-19 ini, tatanan baru maupun sistem belajar baru yang harus diterima peserta didik kita. Mereka harus mempersiapkan diri untuk dapat belajar secara virtual, yang memang ini membutuhkan perjuangan yang tidak main-main, yang tidak asal-asalan. Karena dikhawatirkan generasi kita, seluruh siswa di negara kita menjadi bodoh nantinya.

BACA JUGA :  Hangatnya Tali Persaudaraan Pegawai Diskominfo Kep. Babel pada Halalbihalal Idulfitri 1445 H

Nyatanya pun sebagian anak bangsa, para siswa masih harus berjuang mendapatkan pendidikan yang baik, benar, dan layak. Indonesia negera tercinta kita ini sangatlah luas, dari Sabang hingga Merauke, tidak hanya di kota ada sekolah, namun di pelosok desa pun terdapat sekolah-sekolah tempat mereka mengenyam pendidikan. Di kota jangan disangka tidak banyak permasalahan terkait siswa belajar, apalagi di desa-desa yang belum memiliki infrastruktur yang memadai. Siswa-siswi kita harus berjuang melewati sungai, jembatan yang kondisinya mengenaskan, hingga berjalan bermil-mil jauhnya hanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan belajar bersama guru-guru di kelas maupun sekolah. Ini mereka lakukan dengan tujuan, kelak dewasa menjadi manusia Indonesia yang lebih baik, memiliki karakter diri yang positif, dan dapat meningkatkan harkat, martabat diri dan keluarga, serta mensejahterakan hidupnya dan masyarakat.

BACA JUGA :  Pasca Liburan Idul Fitri 1445 H, Pemkot Pangkalpinang Gelar Halal Bihalal

Berdasarkan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dilaksanakan pada 5-8 Agustus 2020 menyatakan bahwa 92 % siswa dan mahasiswa di Indonesia mengalami kendala dan permasalahan sepanjang penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau by virtual. Yang mana sekitar 24 % warga tidak memiliki akses internet terlebih masyarakat yang tinggal di daerah 3T (Tertinggal, Terluar, dan Terdepan), sesuai dengan data kementerian Desa PDT dan Transmigrasi mencatat masih ada 13.577 desa di Indonesia yang belum memiliki akses internet. Sedangkan 67 % masyarakat terbebani dengan harus membeli kuota internet untuk belajar anaknya di rumah selama pandemi corona ini. sehingga, tidak hanya anak yang harus berjuang untuk belajar namun juga orang tuanya pun harus bekerja ekstra keras agar dapat menstabilkan ekonomi keluarga karena harus ada pengeluaran besar untuk membeli kuota intenet atau pun memasang wifi di rumah.

Berat perjuangan para siswa untuk belajar di masa pandemi ini. mereka harus super ekstra belajar tekun dan rajin serta melek teknologi. Dikarenakan pada pembelajaran online, peserta didik dapat menjadi kurang aktif dalam menyampaikan aspirasi dan pemikirannya disebabkan apa yang mereka dapat dari gurunya kurang tersampaikan dengan sangat baik. Yang mana ketika belajar offline atau tatap muka di kelas pun masih banyak yang kurang dimengerti, ditambah ini harus belajar online. Para peserta didik juga akan mengalami penurunan minat, tidak bergairah dikarenakan pembelajaran yang menjenuhkan ini. perlu diingat bersama, ketika seorang siswa mengalami kejenuhan dalam belajar, ini akan mendapatkan ketidakmajuan dalam hasil belajar, nilainya jelek, dan karakter-karakter diri tidak tumbuh dengan baik dan semestisnya dikarenakan interaksi mereka hanya dengan laptop atau gawai yang sekedar melihat video dan mendengar suara dari gurunya saja.

BACA JUGA :  Event Basel Bekecak 2024, 150 Lapak Pelaku UMKM Pasarkan Produknya

Perjuangan belajar siswa di masa pandemi ini memang sulit dan memiliki dampak yang besar untuk menghasilkan generasi bangsa yang lebih bertaqwa, cerdas, mandiri, dan berkarakter manusia Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Sehingga perlunya semua pihak untuk memperhatikan pendidikan di masa pandemi, agar para siswa mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK)/ Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), hingga Universitas ini tetap semangat berjuang untuk menuntut ilmu dan belajar, agar prestasi belajar tetap baik, tercapai cita-cita mulianya, dan siap menjadikan Indonesia menjadi pemain handal di kancah dunia internasional dalam membawa kebermanfaatan untuk seluruh manusia di muka bumi.(**)