Kisruh Turunnya Harga Lada, Ketua DPRD Babel Gelar Rapat bersama Pengusaha Eksportir dan Dinas Terkait

oleh

Forumkeadilanbabel.com, Pangkalpinang – Kisruh harga lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang jatuh di harga 40 ribuan saat ini membuat para petani lada resah. Terlebih lagi adanya pelaku usaha baik organisasi dan pengusaha ekportir lada Babel yang disinyalir Mafia membuat harga lada semakin parah, sehingga ada surat dari pengusaha lada yang minta untuk difasilitasi.

Terkait kondisi ini Ketua DPRD Babel, Didit Srigusjaya memanggil para pengusaha ekportir lada, dinas pertanian, dinas perdagangan, Bea Cukai, Pelabuhan, Prof. Saparudin dan Zaidan untuk mengetahui seperti apa permasalahan ini kenapa sampai ada kata “Mafia” dalam kasus anjeloknya harga lada Babel.

“Saat ini perekonomian Babel sedang berada di warna kuning, ekonomi terendah se Sumatra,” ungkap Didit dihadapan para tamu undangan di ruang Banmus DPRD Babel, Senin (2/12).

BACA JUGA :  Kasus Dugaan Mafia Tanah, Kejati Babel akan Periksa Mantan Gubernur Erzaldi

Rapat koordinasi ini dalam rangka mencari tau seperti apa permasalah yang terjadi dengan harga lada babel sampai adanya kata yang kurang enak didengarkan baik bagi masyarakat maupun pelaku ekportir lada.

“Kami ingin mendengar langsung seperti apa permasalahan lada di Babel ini. Makanya kami panggil semua elemen yang mengurus permasalahan lada babel ini,” tegasnya, dan rapat yang diliput oleh media nasional dan lokal.

Dalam paparanya Direktur BUMD Babel Prof Saparudin menjelaskan penyebab harga lada merosot karena adanya beberapa hal.

Yakni oper suplay, vietnam mengirim lebih banyak, kemudian kurangnya inovasi, (banyak yang sudah dikemas dan harga lebih tinggi). Kwalitas lada Babel menurun, disebapkan naiknya standar kwalitas bayer dan lada Babel kwalitasnya menurun tapi masih masuk SNI 1 dan SNI 2. Lalu kemudian acara pemasaran yang masih kuno padahal sekarang sudah sistem online.

BACA JUGA :  Tanpa Kompromi, Kejati Sikat Sang Mafia Tanah Frangky

“4 (empat) permasalahan penyebap turunnya harga lada Babel. Vietman menguasai 59,3 % Ekspor lada putih. Sedangkan Vietnam pengimpor lada putih terbesar dunia,” jelas Prof. Udin sapaan sehari hari Direktur BUMD Babel.

Tidak hanya itu saja, Prof Udin juga menjelaskan adanya uang koordinasi Rp. 250 perkilo lada dan uang ini menurut dia akan dibagikan kepada petani, koperasi dan dewan lada untuk dikelola guna perkembangan petani.

“Bagaimana caranya kita kelola Rp. 250 perkilo dari ekportir lada ini bisa kita kelola bersama-sama. Kami juga meminta kepada ekprotir untuk menghentikan ekpor ke Vietman,” tegasnya.

Untuk itu, BUMD Babel berharap permasalahan ini tidak akan terjadi lagi dimasa mendatang harga lada dibabel tidak boleh lagi jatuh diharga seperti saat ini.

BACA JUGA :  Laksanakan Intruksi Bupati, Dinsos Perlindungan Anak Kabupaten Basel Berikan Bantuan Kepada Warga Desa Air Bara yang terkena Musibah

“Untuk meningakatkan harga lada Babel, petani harus kreatif dalam mengelola lada, dan untuk ekpor lada kami akan siapkan karung yang ada indek georafis (IG) agar duit Rp. 250 ini bisa kita pungut,” pungkasnya. (Yuko).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.